Friday, August 10, 2018

tulisan membumi

beberapa kali saya berusaha untuk menulis yang sedemikian serius dan butuh pemikiran dan energi yang lebih. sebab banyak dari kawan-kawan saya sudah berlari jauh melampaui tingkat resistensi hidup yang mapan. sedang saya masih berkutat pada mimpi puisi, kerja mendongeng, dan segala aktifitas lain yang remeh temeh. Namun berapa kali juga saya hanya berhenti di tataran konsep. padahal gerak dan laju masyarakat sebegitu dahsyatnya bergerak mengikuti nadi dan passion masing-masing. saya jujur banyak berterima kasih kepada Sosial Media. Dari Sosial media-lah saya dapat mengukur dan membaca kawan-kawan saya melalui foto,status,profile yang selalu dinamis di setiap waktunya. ada perasaan haru,terkadang sedih, bahagia, bahkan sedikit culas dan iri atas keberhasilan yang dicapai beberapa kawan. Entah itu benar apa tidak keberhasilannya atau hanya sekedar topeng eksistensi, sedang nyatanya rumit menjalani kehidupan. namun saya jujur mengakui sedikit iri, dan dari hal negatif itulah saya merubahnya menjadi energi postif dengan membangun kerangka pola pikir pembanding atas reaksi kesuksesan mereka. dan This is me,,, orang yang selalu keras kepala akan nasib, orang yang akan berbusa-busa berbicara tentang puisi sampai pagi. Orang yang pekerjaanya mendongeng peristiwa kepada tetangga kost, kawan musik, hingga harus telaten membalas email kawan-kawan yang menanyakan ada event apa di Indonesia. Orang yang suka keluyuran dan nggembel terkonsep. orang yang tidak begitu suka teori dan wacana teori yang hanya menguap di pelataran kultus akademika. orang yang selalu mendongeng betapa dahsyatnya tradisi lisan dan non lisan pribumi kepada kawan di benua yang berbeda. yang harus terharu malam ini setelah melihat status kawan saya Dedi Andrianto Kurniawan, yang menyumpah serapahi wajah pertelevisian kita belakangan ini. Begitu banyak ruang dan kerja kreatif di Indonesia, namun sedikit yang mencoba berjudi di wilayah sosial yang membebaskan. cenderung jauh dari problem masyarakat banyak. Yang tumbuh subur adalah tarung wacana kepentingan, pengkotakan paham tertentu. Wajar bila kawan saya Mohammad Hadiansyah menganggap puisi dan kerja sastra lain terlalu melangit. terlalu jauh untuk ditafsir. walaupun sebenarnya kerja kreatif itu sesungguhnya jembatan antara yang fakta dengan yang fiksi. Masihkah ndakik-ndakik(baca muluk-muluk) terhadap jabatan,nilai materi dan pencapaian apapun itu hanya untuk sekedar menunjukkan eksistensi sebagai nilai dan tingkat elitis ditengah masyarakat Indonesia yang didera gradasi dan kebangkrutan pada banyak hal? dan saya masih berharap bahwa masyarakat indonesia dijauhkan dari penyakit Inferiority complex yang akut. Mari bersahaja, dengan masih tersenyum jika beras di dapur tinggal 1 gelas, dan esok juga masih menganggur. Sebab penjaga nusantara tak akan membiarkan anak cucunya kelaparan di negerinya sendiri bagi yang berusaha dengan sungguh. Pantang ngemis dan menganggap superior class adalah segalanya. #mencobamembumidengantulisan #letoywithlove 02.37 WITA

No comments: