Thursday, December 15, 2016

Permintaan Maaf Terbuka

Sekian lama, mengurung di dunia yang serba cepat, membuat saya menyadari bahwa kegilaan ini semakin menjadi-jadi. beberapa tulisan yang tak selesai, sekumpulan ide yang tidak terlaksana, dan segala hal yang tak terselesaikan.

Mendekati penghujung tahun 2016, segala geram yang ada sudah menggumpal di tepian kaldera. Harus dimuntahkan, harus diluluh lantakkan. Menjadi sesuatu yang tidak hanya di sebuah alam bawah sadar saja. Seseorang pernah berbuat salah, bahkan pernah di hakimi secara personal maupun komunal. Bukan berarti hal itu menjadi hal yang rendah dan dina. Tetap tegak dan busungkan dada. Akui kesalahan dan segera meminta maaf. Hanya Tuhan yang benar-benar ber-Hak menghakimi umatnya.

Atas dasar itulah, pada hari ini saya mencoba belajar menjadi manusia baru, menjadi lebih baik, berlapang dada meminta maaf atas kesalahan, tidak mengurung pada dunia yang bergerak cepat, dan berlari secepat mungkin mengejar segala ketertinggalan.

Memang tidak mudah, bukan perkara hal yang gampang. setidaknya hal pertama yang saya lakukan adalah kembali menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Karena hal itulah yang melandasi saya berpikir tentang ilmu Humaniora. Tulisan ini adalah sebuah awal bahwa saya tidak berusaha memejamkan mata lagi atas dunia. Dan saya sudah siap dengan segala kelapangan dada untuk segala bentuk caci maki atas apa yang saya lakukan di masa lalu. Dan segera meminta maaf atas kesalahan itu sangat menjadi hal yang harus saya lakukan

Dengan mengucap Bismillahirrahmannirrahim, saya akan berusaha untuk menjadi manusia yang baru dan membuka diri atas segala perubahan dunia. Terima kasih kepada Orang tua saya, saudara, istri, mantan istri, sahabat, sosial media yang diikuti, para bloggerorganisasi yang melekat pada pribadi saya, dan segala bentuk hal positif yang lain.

Saya, dari dalam hati yang tak bisa ditentukan dan ditemukan peng-ejawantah-annya, meminta maaf. Segala hal yang masih dan membekas pada saya yang negatif baik yang disengaja maupun tidak, saya akan berusaha memperbaikinya dengan segera. 


Duka

Baik aku berpisah
Tanpa kata
Tanpa bunga
Kelak juga aku berbaring
Di tanah
Kering belulang bernama di nisan
(Buat nenekanda tersayang: Siti Chunainah , )