Matamu nikam jantungku saat terlelap
tadi malam,sebuah labirin panjang saut-menyaut mencari arah jalan
pulang.Tersesat,sama sekali tidak. Ini hanya sebagian waktu untuk memulai pada
jalan baru lagi. Sebab jalan lama sudah tidak mungkin dilewati,bukan berarti
melupakan sejarah,hanya saja belajar sejarah itu perlu,untuk identitas,untuk
mendokumentasi rekam jejak,ambil seperlunya tanpa harus menoleh lagi. Kejam.
Tidak. Ada hal-hal yang perlu diberi garis bawah tentang hidup dan keberlanjutan hidup. Itu pasti. Mau tidak mau tetap
dihadapi hari ini. Bukan menghadapi masa lalu ataupun masa depan. Ke belakang
hanya butuh rekam, ke depan hanya butuh keuletan mewujudkan rencana. Dan hari
ini cuma butuh ketenangan. Hal-hal positif yang masih tersisa akan terasa
meyakinkan dan memberi energi indah pada sekitar. Adakalanya memang kita
bersahabat dengan minuman murah seperti arak, tapi bukan untuk semacam
pengaktualisasian akan eksistensi diri. Tapi semata hanya pada satu titik
dimana kita bisa mengintimi sebuah proses. Dan tuhan tetap mencintaiku dengan
caranya sendiri. Memelihara setiap nafas yang semalam sempat terbata-bata
menimang mimpi. Dan matamu nikam tidurku. Persemaian ini tak akan tumbuh tunas
yang baik. Sebab ya'jul dan ma'jul diduga sudah mengebiri kedamaian akan proses
berpesta malam nanti. Remuk raga merindumu seperti batu. Dan anjing kudisan
mengencingi persemaian benih mimpi. Lantas masihkah mencari hal yang tak pasti?
Sudahlah tak usah memastikan apa-apa yang belum pasti. Atau mencoba memprediksi
pola pikir Tuhan kembali? Sungguh itu diluar kendali. (Pagi-pagi benar aku
menulis ini,entah jam berapa yang jelas matahari belum terbit, selamat
berbahagialah kalian semua dengan retorika kalian masing-masing.)
Aug
02 2014 04:39 WITA Denpasar (Menjemput
Pagi)
No comments:
Post a Comment